Minggu, 29 Mei 2011

Jangan Pernah

Puisi berjudul “Jangan Pernah” ini adalah puisi baru yang Kenzt buat dalam rangka memenuhi permintaan serta tantangan dari seorang pengunjung bernama Jefry Dwi Bowo dalam komentarnya di puisi kenzt yang berjudul Tahun ke-3.

Jangan Pernah merupakan puisi perpisahan yang memberikan semangat, bukan sekedar menjadi puisi sedih karena cinta harus terpisahkan oleh suatu hal yang menyakitkan. Semoga puisi ini berkenan di hati rekan-rekan semuanya dan jika masih ada inspirasi tersisa lain waktu akan Kenzt coba untuk buatkan dari sisi sebaliknya.

Thanx buat Jefry yang memberikan inspirasi buat saya.

Jangan pernah mengatakan pada hatimu bahwa aku pergi karna tak setia
Sebab cinta masih ada, terbenam diantara asa dan dilema
Sedetikpun hingga kini ku tak mencoba mengusir rasa untukmu
Sebab itu indah… dan kau pun tahu betapa bingungnya aku

Jangan pernah berhenti untuk percaya bahwa cinta masih tetap ada
Meski waktu terus membuktikan sebaliknya, kau t’lah mengerti sebabnya
Sedetikpun aku tak mencoba untuk menghapus semua tentangmu
dan kuterus merajut asa tentang bersamamu pada suatu waktu

Takdir kita memang pahit… ku harus membuat pilihan sulit
Semoga pilihan bijak hari ini, buatkan bahagia untuk kedua hati
Untukku…juga untukmu… Hingga kelak menjemput masa
Saat sang mentari lukiskan pelangi di langit kita berdua

Jangan pernah berhenti untuk percaya bahwa cinta suci itu ada
Jangan pernah berhenti untuk menyalahkan takdir saat tak sesuai ingin
Jangan pernah berhenti untuk kobarkan semangat saat realitas memburamkan harap
Jangan pernah berhenti sebab


(Kentz)


*PS:
"Kadang cinta memang membuat manusia menjadi buta. Menghalalkan segala cara untuk menuju kebahagiaan tersebut menurut versi nya sendiri. Membuat diri menjadi egois tanpa melihat orang disekitar nya yang sangat mengkhawatirkan dan menyayanginya.Orangtua selalu menginginkan yg terbaik dan kebahagiaan buat anaknya. Hanya itu yg perlu diingat.
Mungkin yang bisa dilakukan sekarang hanya pasrah, menerima kenyataan, melanjutkan hidup demi rasa patuh kita terhadap orangtua, salah satu bukti balas jasa untuk semua yang pernah mereka berikan untuk kita. Membuat mereka bahagia dan tenang mudah-mudah an mungkin suatu hari Tuhan akan memberikan kebahagiaan juga pada kita. Amin"

Untuk ‘Sahabatku’


Tidak ada yang salah di dirimu ketika perasaanmu mengatakan bahwa aku adalah seseorang yang engkau cintai. Sahabatku, tidak pernah salah bagi siapapun untuk mencintai seseorang yang layak untuk dicintai. Tidak juga salah bagimu, ketika akhirnya mencintaiku.
Hari ini engkau menuliskan pesan pendek untukku. Kamu bilang kamu tulus mencintaiku. Sungguh, aku tidak tahu apakah benar ketulusan itu sebagaimana yang kau ucapkan, atau sesungguhnya pesan itu hanyalah sebaris kalimat penuh pengharapan agar aku mau menerima dirimu sebagai pendampingku. Sahabatku, tidak sedikitpun aku ingin memprotesmu atau meragukan tulisan pendek itu. Tiada guna bagiku hidup dengan keraguan atau kecurigaan.
Sahabatku, tiada henti ku ucap terimakasih karena engkau telah menyayangiku, meski engkau belum sepenuhnya mengerti baik burukku. Melihat sikapmu, aku jadi menyimpulkan bahwa cinta ternyata juga penuh resiko.
Sahabatku, semoga engkau tetap bisa menjadi sahabatku. Semoga esok, ketulusan cinta yang kau tuliskan terwujud dalam sebuah kebesaran hati untuk menerima kenyataan hidup bahwasannya seluruh perasaan dan perhatianku untuk seseorang yang telah lama kucintai. Aku pikir kamu sudah lebih dari tahu, pada siapa sesungguhnya seluruh perasaanku bermuara, mengingat awalnya kedekatan kita kupikir hanya sebatas persahabatan biasa dari dua insan beda jenis saja.
Sahabatku, andai aku bukanlah seorang yang tidak menghargai keberadaanmu, mungkin aku sudah memilih untuk marah kepadamu, sebab telah mengkhianati kepercayaanku yang menganggapmu sebagai seorang sahabat. Itu sama seperti kamu memanfaatkan seluruh informasi pribadi seputar diriku untuk meraih simpati dan perasaanku. Bukankah cinta yang tulus harusnya menyadarkan dirimu bahwa seluruh cinta tulusku sudah kucurahkan pada ia yang kucintai sekian tahun terakhir ini?
Sahabatku, tanpa bermaksud mengguruimu, mungkin sedikit pengalaman hidupku bisa sedikit kau ambil pelajaran tentang seperti apa cinta tulus menurut pandanganku. Seperti kamu tahu, tidak sedikitpun aku pernah memaksakan perasaan sayangku kepadanya yang kucintai sepenuh hati. Hanya kubiarkan ia tahu dan terus merasakan bahwa aku memang tulus mencintai dan menyayanginya, tidak pernah aku memaksanya untuk melupakan atau berhenti mencari yang lain. Dan, untuk kau tahu, ia yang kucintai itu juga sungguh-sungguh mengerti tentang seperti apakah ketulusan itu sendiri.

Untuk ‘Sahabatku’ ini ditulis oleh Kentz pada 19th, 2007. 

Sepenggal Waktu Tersisa



Tertunduk sedih ia. Hanya terdiam renungkan semuanya. Sedih dijiwanya begitu terasa ketika tiba-tiba jiwanya menyadari bahwa jiwanya bukanlah berada pada jasad yang tepat tuk mengungkapkan atau menunjukkan tentang apa yang dirasa oleh jiwanya. Lingkungan dunia dimana ia tinggal, telah disadarinya, sama sekali tak bersahabat pada apa yang namanya ‘cinta’ jika itu harus diungkapkan oleh jiwa-jiwa yang berjasadkan hawa.
Lama jiwanya tenggelam dalam diam. Masih bingung harus bagaimana dalam dunia yang begitu diskriminatif ini. Mungkin juga ia bertanya dalam hati, “Mengapa cinta hanya tuk diungkapkan oleh jiwa-jiwa yang berjasadkan adam?”, aku tak mengerti, yang aku mengerti, dunia yang diskriminatif bagi hawa ini, nyaris membuatku gagal ciptakan lagi kehidupan cinta di relung hatiku, ketika jiwa yang aku cintai, ternyata juga mencintaiku, namun ia menyadarinya lebih dulu dan lalu ia terdiam dalam galau, bingung dan sedih karena keterbatasan kodrati yang ada pada jiwanya.
Meski kini, jiwaku dan jiwanya sudah menyatu, namun hawa dingin t’lah sempat aliri jiwaku ketika sadari bahwa sepenggal waktu tersisa kan habis dalam kejapan mata. Untung saja, Sang Pemilik Jiwaku dan Jiwanya, memberikan lingkaran waktu yang baru bagi dua jiwa ini tuk menyatu, meski waktu datang (lingkaran waktu) ketika dua jiwa ini t’lah terpisah dalam ruang. Tak mengapa, biar jiwaku dan jiwanya belajar artikan ini semua dan bisa buat indah kehidupan cinta dihati jiwa-jiwa ini (ku dan nya) tak hanya tuk sesaat namun sampai akhir hayat.


(Kentz)

Kamis, 05 Mei 2011

Gaya Hidup Ibu Hamil Picu Obesitas Anak

VIVAnews - Obesitas pada anak memiliki dampak sangat besar dari segi fisik dan psikologis. Obesitas dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, gangguan tidur, gangguan saraf, risiko diabetes, dan penyakit sendi, depresi, kepercayaan diri rendah, dan diet berlebihan.

Di Indonesia, obesitas telah menimpa 14 persen anak. Tak hanya kalangan masyarakat ekonomi menengah ke atas, tapi juga masyarakat dari tingkat ekonomi menengah ke bawah.

Penyebabnya bukan hanya pola makan dan gaya hidup anak yang salah. Gaya hidup sang ibu saat hamil juga berpengaruh kuat meningkatkan masalah obesitas pada anak.

Penelitian internasional yang baru-baru ini dilakukan, menggali lebih dalam mengenai masalah tersebut. Penelitian menemukan bahwa ibu yang meminimalkan asupan karbohidrat mereka selama kehamilan akan meningkatkan risiko obesitas pada anaknya kelak.

Bayi akan menyesuaikan DNA saat di kandungan dengan lingkungan setelah lahir. Kurangnya karbohidrat seperti gula dan pati di awal perkembangannya adalah sinyal untuk tubuhnya agar menyimpan energi
dalam bentuk lemak sebelum remaja. Inilah pemicu obesitas di usia anak.

"Obesitas tidak hanya berkaitan dengan gen dan gaya hidup, tetapi juga dipicu oleh pengaruh pada perkembangan bayi di dalam rahim termasuk apa yang ibu makan," ujar pemimpin penelitian, profesor Keith Godfrey dari Universitas Southampton.

Menurutnya, gizi yang ibu makan selama hamil dapat mengakibatkan perubahan epigenetik yang memengaruhi anak menderita obesitas.

Jika pada awal masa kehamilan ibu mengonsumsi makanan rendah karbohirat, kemungkinan bayinya akan lahir dengan perubahan epigenetik yang lebih tinggi. Perubahan-perubahan tersebut berhubungan pada masa kanak-kanak pada umur enam dan sembilan tahun.

Perubahan epigenetik dapat mengubah fungsi jalan DNA tanpa mengubah urutan DNA yang sebenarnya. Urutan DNA berasal dari kedua orangtuanya saat bayi dikandung.

Dalam studi tersebut, peneliti mengambil sampel tali pusat hampir 300 bayi dan mencari perubahan epigenetik tertentu. Mereka menemukan perubahan yang melibatkan gen RXRA yaitu yang berhubungan dengan reseptor untuk vitamin A dan cara proses sel lemak.

Yang mengejutkan dari penelitian tersebut adalah, 25 persen bayi-bayi tersebut menunjukkan perbedaan berat badan yang signifikan pada usia enam dan sembilan tahun.

Penelitian ini dapat mengubah cara pandang orang terkait obesitas. Bahwa mengukur obesitas dari pantauan body mass index tidaklah cukup. "Penelitian ini menyediakan bukti bahwa ada intervensi dari orang dewasa terhadap penyakit kronis anak, tidak hanya dalam masyarakat ekonomi menengah ke atas, tetapi juga masyarakat ekonomi menengah ke bawah," ujar anggota tim peneliti Sir Peter Gluckman.
• VIVAnews

Selasa, 03 Mei 2011

Harga Anting Kate Middleton Rp213 Juta

Anting tersebut dinilai cocok dengan gaun dan tiara yang dipakai Kate.

Pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton tak pernah habis dibahas. Setelah membahas gaun pengantin Kate, kini anting yang dikenakan istri dari Pangeran William itu menjadi pusat perhatian.

Anting itu merupakan karya dari Zoe Benyon dari perusahaan perhiasan Robinson Pelham.  Juru bicara Robinson Pelham tak mau mengungkapkan berapa harga anting tersebut.
Tetapi, diyakini sepasang anting yang dikenakan Kate pada saat prosesi pernikahannya dengan William di Westminster Abbey itu seharga £15 ribu atau sekitar Rp213 juta. Demikian seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa 3 Mei 2011.

Anting itu berbentuk daun yang sekelilingnya ditaburi dengan permata dan berlian yang dibentuk seperti buah pir. Benyon tak hanya merancang perhiasan untuk Middleton saja tetapi juga untuk sang adik, Pippa Middleton. Pippa menggunakan anting dan liontin dari rumah perhiasan tersebut.
Sedangkan busana pengantin Kate dirancang oleh Sarah Burton. Gaun itu mendapat pujian. Kate dianggap cocok mengenakan gaun tersebut. (umi)